Pemasangan tarub di pintu keraton mewarnai prosesi pernikahan kerajaan Yogyakarta di hari kedua, Senin (17/10). Tarub menjadi simbol hajatan pernikahan kerajaan akan segera dilaksanakan. Pemasangan tarub dilakukan berdasarkan perhitungan waktu, hari dan tanggal yang cermat dari tradisi Jawa.
Koordinator Penyelenggara Prosesi Pernikahan KRT Yudahadiningrat menjelaskan, tarub merupakan hiasan dari janur kuning atau daun kelapa muda yang disuwir dan dipasang di pintu gerbang. "Janur kuning yang dipasang ini menjadi simbol agar keraton diberi keselamatan," tambahnya.
Janur kuning bakal dipasang dengan sesajen-sesajen seperti kepala kerbau, nasi kuning, ingkung, buah-buahan,ketan, kolak, tumpeng, dan tebu. Ada 18 titik pemasangan tarub ini, yakni di Dalem Pagelaran, Dalem Pacikeran, Dalem Tarub Agung, Dalem Regol Brajanala, Dalem Bangsal Ponconiti, Dalem Bangsal Trajumas, Dalem Regol Danapratapa, Dalem Bangsal Kencana, dan Dalem Regol Gepura.
Bersamaan dengan pemasangan tarub, kedua pengantin juga menjalani prosesi siraman di tempat yang berlainan. Jeng Reni, mempelai wanita, berada di Sekar Kedaton, sedangkan mempelai pria Ubai di Bangsal Kepatihan. Prosesi siraman dilakukan oleh GKR Hemas, istri dari Sultan Hamengku Buwono X, serta ibu pengantin pria, Nurbaiti Helmi, dan tiga sesepuh keraton. Makna prosesi siraman ini, papar KRT Yudahadiningrat, adalah pembersihan diri secara lahir batin.
Selain makna tersebut, menurut tradisi Jawa, siraman memiliki filosofi, perlu memenuhi 5L: lurus, laras, leres, lila, legowo.
Usai prosesi siraman ini, pada sore nanti, calon pengantin wanita akan menjalani prosesi tantingan dan midodareni. Selain itu di malam hari akan dilaksanakan pula malam sastra Malioboro oleh paguyuban sastrawan Mataram.
OLEH OLIVIA LEWI PRAMESTI | 17-10-2011 | http://ngi.cc/nyz | BUDAYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar