Minggu, 24 Juli 2011

Bahasa Walikan Jogja


Bahasa Walikan Jogja
Pernah denger percakapan atau tulisan kek gini, “Piye kabare socomu sing pahin kae, Dab?”. Atau pernah dengar orang memaki, “pabu sacilad!” hingga nama merek kaos oblong khas Jogja, Dagadu?
Buat temen-temen di Jogja, bahasa tersebut mungkin familiar, bahkan sering digunakan pada percakapan sehari-hari. Tapi kadang temen-temen di luar Jogja kurang paham dengan arti kata tersebut.
Kalo kita mengenal bahasa gawul abege yang bahkan sampe ada kamusnya yang konon diambil dari bahasa gaulnya kaum transexsual, ada juga bahasa gaul yang muncul di daerah-daerah tertentu. Contohnya ada bahasa kiwalan kera ngalam dan tentu saja bahasa walikan Jogja, walau sebenernya setiap daerah punya bahasa slangnya masing-masing.
Saya cuma mo ngebahas bahasa walikan khas Jogja saja. Mungkin sudah banyak blog yang membahasnya, saya cuma menambahkan dan menceritakan ulang saja. Semoga bisa berguna, terutama kalo temen-temen sedang berada di Jogja dan mendengar bahasa macam ini. :)
Ndak ada yang tahu kapan pastinya kemunculan bahasa walikan Jogja ini. Konon bahasa semacam ini sudah digunakan sejak jaman perang kemerdekaan. Tujuan awalnya tak lain dan tak bukan adalah untuk berkomunikasi dengan kawan tanpa diketahui oleh musuh (Belanda).
Penggunaan bahasa ini lama-lama bergeser. Banyak anak muda yang mulai menggunakannya untuk bahasa percakapan. Apalagi sejak tahun 1994, penggunaan bahasa prokem ini semakin memasyarakat sejak munculnya kaos Dagadu yang diprakarsai oleh mahasiswa Arsitektur UGM ini.
Lalu pertanyaannya kemudian, kok bisa? Kata “matamu” jadi “dagadu”? Gimana caranya? :-/
Gampang. Kata-kata tersebut ada polanya. Dasarnya adalah penggunaan aksara Jawa. Masih ingat, anak-anak? :->
Aksara Jawa
Baris nomer 1 diganti konsonannya dengan baris nomer 3. Baris nomer 2 diganti konsonannya dengan baris nomer 4. Baris nomer 3 diganti dengan baris nomer 1. Dan terakhir baris nomer 4 diganti dengan baris nomer 2. Sedangkan huruf vokal (a, i, u, e, o) disamakan dengan huruf HA. Bingung?
Rumus Bahasa Walikan Jogja
Nah, karena hurufnya yang dibolak-balik inilah bahasa ini disebut dengan bahasa walikan alias bahasa kebalikan. ;)
Baik, mari kita coba. Dari contoh sebelumnya, kata-kata yang dicetak tebal itu berarti:
  • SOCO = BOJO (pasangan)
  • PAHIN = APIK (bagus, cantik)
  • DAB = MAS (sapaan)
Tetapi dalam penggunaan dan pengucapannya, kata yang digunakan sering tidak baku seperti kata yang dihasilkan oleh rumus tersebut. Beberapa kata harus dimodifikasi supaya enak diucapkan dan didengarkan. Contohnya kata “pahin” di atas. Kata ini berasal dari kata “apik” (“hapik”) yang kalo menurut rumus, harusnya menjadi “pahiny”. Tetapi dalam keseharian sering diucapkan sebagai “pahin”. :D
Nah? Males mengutak-atik dan mengingat-ingat rumusnya? Saya menemukan sebuah tools menarik. Tools ini berfungsi untuk mengkonversi kata menjadi kata walikan dan sebaliknya, kata walikan dijadikan kata aslinya. Tools itu ada di alamat ini: http://java.sandalian.com/.
Kata-kata yang ditranslasikan umumnya kata-kata dalam bahasa Jawa. Memang kata-kata tersebut lebih enak kalo diucapkan dalam kalimat berbahasa Jawa dan banyak digunakan ketika kita berkomunikasi dengan bahasa Jawa. Kalo pake bahasa Indonesia kok kesannya jadi agak kaku gitu sih. :D
Untuk latihan, sekarang coba artikan kalimat berikut:
Saya kemarin pergi naik dosing-nya sahan-ku mengantar pisu-ku terus dikejar hongib. Saya lalu bilang ke hongib, tenang, dab! Jape methe!
Yang bisa menjawab akan mendapat hadiah menarik, yaitu menarik becak! =))
Bengadag dedhjosa! ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...